Selasa, 02 April 2013

Mengatasi ANak Tantrum

 Pernahkah bunda dihadapkan pada situasi dimana anak merengek sambil menangis berguling - guling karena permintaanyaa tidak dituruti... yah... itulah salah satu dari contoh anak tantrum

Definisi tantrum menurut kamus adalah luapan kemarahan atau kekesalan, dan ini bisa terjadi pada setiap orang. Namun, saat orang-orang membicarakan mengenai tantrum, mereka biasanya membicarakan mengenai satu hal spesifik, yaitu luapan kemarahan yang dilakukan anak kecil.
Tingkah laku ini biasanya mencapai titik terburuk sekitar usia 18 bulan hingga tiga tahun, dan kadang masih ditemui pada anak usia lima atau enam tahun. 


Anak akan menunjukkan berbagai macam tingkah laku, seperti keras kepala dan membangkang karena sedang mengembangkan kemandirian dan otonominya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap anak yang setidaknya berusia 18 bulan hingga tiga tahun dan bahkan lebih, akan menentang perintah Anda dan menunjukkan individualitasnya sekali waktu. Ini adalah bagian normal pertumbuhan balita karena mereka terus-menerus bereksplorasi dan mempelajari batasan-batasan di sekelilingnya. Anak akan menunjukkan berbagai macam tingkah laku, seperti keras kepala dan membangkang karena sedang mengembangkan kemandirian dan otonominya. Tantrum juga cara normal untuk mengeluarkan semua perasaan yang menumpuk. Seorang anak pada usia ini akan menunjukkan beberapa atau semua tingkah laku berikut:
  • Penolakan atas kontrol dalam bentuk apa pun
  • Keinginan untuk mandiri, lebih banyak menuntut dan menunjukkan tingkah laku membangkang
  • Berganti-ganti antara kemandirian dan bertingkah manja
  • Ingin mendapatkan kendali dan ingin mengendalikan Anda dengan mengatakan "Duduk di sini" atau "Jangan dipegang"
Tantrum biasa terjadi karena beberapa hal pemicu. Diantaranya adalah:
  1. Frustrasi. Jangan dikira hanya orang dewasa saja yang bisa frustrasi. Anak-anak pun mengalami hal ini. Misalnya, anak-anak akan menjadi cepat marah manakala mereka tidak bisa mencapai sesuatu yang sangat mereka inginkan. Dalam artian, mereka gagal. Kegagalan memicu rasa frustrasi, dan akhirnya kemarahan itupun meledak.
  2. Lelah. Anak2 yg kelelahan, akan menjadi mudah marah. Aktivitasnya yg padat & sedikit waktu bermain akan membuat anak cepat marah & emosi.
  3. Orangtua terlalu mengekang. Sikap orangtua yg terlalu banyak mendikte & mengekang anak, jg dapat berpengaruh bagi emosinya. Anak yg merasa jenuh dgn kekangan orangtuanya, suatu saat akan mencapai titik puncak kejenuhan, & marah2 adl salah satu bentuk ledakan tsb.
  4. Sifat dasar anak yang emosional. Beberapa anak mewarisi sifat dasar emosional dari orangtuanya.
  5. Mereka ini cenderung tidak sabaran, gampang marah meski karena hal-hal kecil.
  6. Keinginan tak dipenuhi. Salah satu kesalahan yg sering kali dilakukan orangtua adalah mereka begitu mudahnya membujuk anak2 dgn iming2. Menangis sedikit, anak dibujuk dgn es krim atau mainan. Nah, akhirnya ini akan menjadi kebiasaan, & anak2 mengenali pola ini. Suatu ketika, ia memiliki keinginan akan sesuatu, ia akan menangis & mengamuk jika keinginan tsb tdk segera dipenuhi oleh orangtuanya.
Berikut ini adalah 10 fakta tentang tantrum:
  1. Walaupun kemarahan adalah emosi yang jelas terlihat oleh orang tua, tantrum selalu merupakan campuran antara amarah dengan perasaan lain seperti frustasi atau panik.
  2. Tantrum biasanya dilakukan di hadapan Anda, sebagai orang tua, atau orang lain, yang dikenal dan dirasa aman oleh anak.
  3. Temperamen anak sangat menentukan. Anak yang aktif dan berkeinginan keras kemungkinan besar menunjukkan tantrum.
  4. Beberapa ahli memperkirakan satu di antara lima anak usia dua tahun menunjukkan tantrum dua kali dalam sehari. Namun jangan lupa, ini juga berarti empat dari lima anak usia tersebut tidak menunjukkan tantrum sebanyak itu.
  5. Jika ditangani dengan baik oleh orang tua sejak dini, tantrum semakin jarang terjadi saat anak tumbuh dewasa, dan yang paling buruk biasanya tidak lagi ditunjukkan saat anak berusia tiga atau empat tahun.
  6. Tantrum sering terjadi saat perasaan anak di luar kendali.
  7. Kira-kira tiga perempat dari semua tantrum terjadi di rumah, tetapi tantrum terburuk sering terjadi di tempat umum.
  8. Tingkah laku yang umum ditunjukkan saat tantrum terjadi antara lain berteriak, menangis, memukul, menendang, mengeraskan tangan dan kaki, menekuk tubuh ke belakang, menjatuhkan tubuh ke lantai, dan berlari.
  9. Pada tantrum yang parah, wajah anak bisa membiru, mual, atau bahkan menahan napas hingga kehilangan kesadaran tetapi refleks alaminya memastikan ia segera bernapas kembali sebelum membahayakan tubuhnya.
  10. Mayoritas tantrum merupakan ekspresi dari kehilangan kendali, yang merupakan tanggapan dari perasaan frustasi, ketidakberdayaan, dan kemarahan, dan terjadi karena kurangnya keterampilan anak untuk menghadapi perasaan ini
Beberapa cara berikut bisa mencegah dan mengurangi perilaku tantrum manipulatifnya.
  • Pahami lebih dulu tuntutan atau keinginan anak. Anda tak harus serta merta menuruti atau lebih ekstrim langsung menolak.  Sejauh itu adalah permintaan yang wajar sesuai kebutuhan anak. Jika ingin memenuhi keinginannya, beri jeda antara saat anak meminta dengan saat Anda memenuhi permintaannya. Ini untuk melatih anak menunda pemenuhan keinginan.
  • Hindari mengumbar janji. Tidak setiap keinginan anak bisa Anda penuhi, itu betul. Tapi mengumbar janji untuk menghindari rengekan bukan cara yang tepat. Anak selalu ingat janji, dan dia akan selalu menagihnya hingga terpenuhi. Anak seringkali minta sesuatu hanya untuk memuaskan rasa inginnya. Jelaskan padanya bahwa keinginan tidak sama dengan kebutuhan.  Memberi janji tanpa menepati, mengajarkan anak untuk ingkar janji.
  • Kenali tangisannya. Saat mulai menangis karena  keinginannya tidak terpenuhi, perhatikan tingkahnya. Sambil menangis, anak akan melirik pada Anda  untuk memastikan kegalauan hati Anda. Lihatlah! Anak akan memeras-meras matanya untuk mengeluarkan air mata. Ini pertanda dia sedang memanipulasi perasaan Anda.
  • Berikan time out, bila anak mulai   bertindak destruktif karena tuntutannya diabaikan. Misalnya memukul dan merusak barang-barang di sekitarnya. Masukkan dia ke dalam kamar, jelaskan bahwa dia tidak boleh merusak dan boleh keluar dari kamar setelah tenang.
  • Peluk anak jika time out tidak berhasil. Jelaskan bahwa perilakunya tidak bisa diterima dan jelaskan padanya bahwa apa yang Anda lakukan adalah bentuk cinta Anda padanya.
  • Bawa anak masuk ke mobil atau toilet jika mulai memanipulasi Anda di tempat umum.  Tunggu sampai anak tenang. Jelaskan, bila dia tidak bisa berhenti merengek, Anda akan mengajaknya pulang.  
  • Tenangkan diri Anda bila di tempat  umum, agar tidak terjebak dalam permainan anak. Bila panik, Anda akan segera menghentikan tangisnya dengan memenuhi tuntutannya.   
  • Menjauhlah sesaat, masuk kamar dan tenangkan diri jika Anda mulai galau  dan bingung apa yang sebaiknya dilakukan. Tarik nafas, jernihkan pikiran. Saat anak tenang, ajak melakukan kegiatan lain. Membahas kembali keinginan anak yang tak bisa Anda penuhi, akan memancing kembali rengekannya.
  • Abaikan tangisnya, ketika anak bersiap merengek dan menangis mempermainkan emosi Anda. Putarlah musik, dan berjogetlah di hadapan anak tanpa menatap matanya. Sadar tangisnya tak dapat  mengubah keputusan Anda, anak akan berhenti memainkan perasaan Anda.
  • Konsisten terhadap keputusan. Jika Anda memang tidak ingin mengabulkan keinginan ana, tetaplah teguh pada pendirian dan jangan ‘terjebak’.  Bila Anda luluh, akan semakin menguatkan pemahaman anak bahwa Anda mudah dipermainkan.
  • Ajak anak ke kamar mandi, jika dia pura-pura menangis dan pura-pura ingin muntah. Anak akan menggunakan segala cara untuk menggoyah pendirian Anda. Biasanya ketika anak menangis sampai muntah, Anda akan memeluknya.  Dalam hal ini Anda tetap harus jeli melihat kepura-puraan itu. Ajak anak ke kamar mandi, katakan bahwa dia tidak boleh muntah di sembarang tempat. Malu usahanya tak berhasil, anak takkan melakukannya lagi.
  • Beri contoh, bahwa Anda bukan orang yang impulsif ingin seketika memenuhi keinginanya. Ungkapkan ini pada anak, misalnya “Tadi di toko ada tas bagus banget. Warnanya bunda suka. Tapi, setelah bunda pikir, bunda masih punya tas lain yang masih bagus, jadi bunda nggak beli.”
Cara-cara di atas hanya akan berhasil jika Anda konsisten dan kompak menerapkannya dengan anggota keluarga lain, seperti suami, nenek, kakek dan lainnya. 

Share this

0 Comment to "Mengatasi ANak Tantrum"

Posting Komentar